top of page
Cari
Gambar penulisBRANI

Memahami Kekerasan Dalam Pacaran

Pada umumnya, masih sedikit masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang terjadi dalam pacaran, karena sebagian besar menganggap bahwa masa pacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah. Ketidaktahuan masyarakat ini merupakan salah satu dampak dari kurangnya informasi dan data laporan korban mengenai kekerasan dalam pacaran.


Apa itu sebenarnya kekerasan dalam pacaran?


Kekerasan dalam pacaran (KDP) yang juga dikenal dating abuse atau dating violence adalah pola perilaku kasar termasuk ancaman, tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang yang dilakukan selama jangka waktu tertentu dan mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual, atau psikologis, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi yang digunakan untuk mendapatkan kekuasaan dan kontrol atas pasangan/pacar.


Setiap orang, khususnya yang masih muda dapat mengalami kekerasan dalam pacaran atau perilaku hubungan yang tidak sehat, terlepas dari jenis kelamin, orientasi seksual, status sosial ekonomi, etnis, agama atau budaya. Kekerasan dalam pacaran tidak membeda-bedakan dan dapat terjadi pada siapa pun dalam hubungan apa pun, apakah itu pacaran tersebut kasual ataupun sudah serius.


Apa bentuk dari Kekerasan dalam pacaran?


Dari pengertian diatas, ada tiga elemen utama yang dapat dijadikan indikator terjadinya kekerasan dalam pacaran. Pertama, adanya pola perilaku kasar. Pelecehan atau kekerasan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti:


  • Kekerasan Fisik: Setiap penggunaan kekuatan fisik secara sengaja dengan maksud untuk menyebabkan ketakutan atau cedera, seperti memukul, mendorong, menggigit, mencekik, menendang, atau menggunakan senjata;

  • Kekerasan Verbal atau Emosional: Perilaku non-fisik seperti ancaman, penghinaan, pemantauan terus-menerus, penghinaan, intimidasi, isolasi atau penguntit;

  • Pelecehan Seksual: Tindakan apapun yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengendalikan aktivitas seksualnya atau keadaan dimana aktivitas seksual itu terjadi, termasuk pemerkosaan, pemaksaan atau pembatasan akses ke alat kontrasepsi;

  • Kekerasan berbasis Digital: Penggunaan teknologi dan/atau jejaring media sosial untuk mengintimidasi, melecehkan, atau mengancam pasangan saat ini atau mantan kekasih, seperti meminta kata sandi, memeriksa ponsel, cyberbullying, sexting tanpa persetujuan, teks yang berlebihan atau mengancam, atau membajak akun media sosial;

  • Penguntitan (stalking): Dipantau berulang kali, diikuti, diawasi atau dilecehkan. Menguntit dapat terjadi secara online atau secara langsung, dan bisa juga termasuk memberikan hadiah yang tidak diinginkan;

  • Kekerasan secara Finansial: Memberi kekuasaan dan kontrol atas pacar melalui keuangan mereka, termasuk mengambil atau menahan uang dari pacar, atau melarang pacar untuk mendapatkan, atau membelanjakan uang mereka.

Apa dampak dari kekerasan dalam pacaran?


Elemen kedua adalah mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual, atau psikologis. KDP ternyata dapat menimbulkan permasalahan yang signifikan. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 41% perempuan yang selamat dari tindak KDP dan 14% dari pria yang selamat dari tindak KDP mengalami beberapa bentuk cedera fisik. Selain itu, KDP juga dapat melampaui cedera fisik dan mengakibatkan kematian. Data dari laporan kejahatan AS menunjukkan bahwa 16% (sekitar 1 dari 6) korban pembunuhan, dibunuh oleh pacarnya sendiri. Selain cidera fisik, korban dapat mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan trauma (post trauma stress disorder).


Kenapa kekerasan dalam pacaran terjadi?


Elemen ketiga dalam tindak kekerasan dalam pacaran adalah untuk mendapatkan kekuasaan dan kontrol atas pasangan/pacar. Pelaku melakukan tindak kekerasan dalam pacaran karena beberapa hal, seperti; belum menyadari bagaimana pacaran yang sehat, terpapar toxic masculinity yang membuat kepercayaan diri seseorang menjadi rendah atau bahkan pernah mengalami kekerasan dimasa lalu yang berdampak pada perilaku berulang. Terkait dengan toxic masculinity, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengatakan, pada diri seseorang bisa saja ada tuntutan untuk menampilkan citra atau image tertentu di depan orang lain. Hal inilah yang bisa menjadi suatu awal dari penyebab kekerasan dalam pacaran. CDC mencatat bahwa image atau citra yang ingin ditunjukkan misalnya bagaimana ia mampu mengendalikan kekasihnya dengan mempermalukannya, membatasi, atau menyiksa secara fisik.


Bagaimana kita menangani Kekerasan dalam pacaran?


Menghadapi kekerasan dalam pacaran seringkali lebih sulit bagi beberapa orang, karena anggapan bahwa orang pacaran pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan perasaan lain yang positif. Sehingga kalau seseorang pacar sedang marah-marah dan membentak atau menampar pasangannya, pasangannya tersebut bisa jadi malah berfikir dan memaklumi karena si pacar memang lagi capek, lagi kesel, bad mood atau mungkin malah menyalahkan diri sendiri.


Hal klasik inilah yang sering mucul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu. Pikiran seperti “ah mungkin karena saya memang kurang cantik, sehingga dia sebel”, atau “mungkin karena saya kurang perhatian sama dia”, “mungkin karena saya kurang sabar” dan lain lain, sehingga dia jadi “ketagihan” merendahkan dan melakukan terus kekerasan dalam pacaran terhadap pasangannya. Hal ini tidaklah benar. Kekerasan bukan suatu hal yang dapat diberi toleransi. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri apabila kita mendapat perlakuan kasar dari pacar kita.


Sebagai orang yang mendengar atau mengetahui adanya kekerasan dalam pacaran terjadi pada teman atau saudara kita, segeralah mengambil tindakan. Ajak korban untuk menjauh dari pacarnya (si pelaku). Bawa korban ketempat yang aman dan setelah itu baru berikan bantuan lain seperti rehabilitasi kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Jika dibutuhkan, jangan ragu untuk menghubungi tim BRANI untuk memberikan layanan konseling, pendampingan, dan asistensi lainnya.



26 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page